Pages

Sabtu, 11 Juli 2015

Materi Keislaman

Islam Agamaku
Islam berasal dari kata Arab "aslama-yuslimu-islaman" yang secara kebahasaan berarti "menyelamatkan", misal teks "assalamu alaikum" yang berarti "semoga keselamatan menyertai kalian semuanya". Maka sudah semestinya dan seharusnya sebagai orang Islam, harus patuh, tunduk, dan berserah diri pada ketentuan dan apa-apa yang sudah ditentukan oleh Allah SWT baik itu berupa perintah dan larangan. Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi. Lebih rinci tentang aspek ajaran Islam ini dapat disimak hasil dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril :
Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.”
Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.”
Orang itu berkata: ”Engkau benar.”
Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”.
(Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”
Orang tadi berkata: ”Engkau benar.”
Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.”
(Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”
Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.”
(Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.”
Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.”
(Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya.
Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”.
Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.”
Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).
Islam, Iman, dan Ihsan
 Agama Islam mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya.
Adapun rukun Islam ada lima yaitu:
1. Syahadat


Asyhadu an-Laa Ilaaha Illallah wa Asyhadu an-na Muhammadarrosuululloh
Artinya : “Aku besaksi Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah”

bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak diibadahi selain Allah dan bahwasannya Muhammad adalah rasul Allah. Setiap orang harus bersaksi dengan lisannya serta meyakininya dengan hatinya. Dalam syahadat tersebut menggunakan kata illah = sesembahan bukan rabb = tuhan, karena pada zaman sebelum datang rasulullah dan Al-Qur’an sudah bertuhankan tuhan yang sama yaitu Allah. Terbukti dari nama ayah nabi Muhammad SAW, Abdullah = Abdinya/hamba Allah, ka’bah pada zaman itu disebut juga Baitullah = Rumah Allah.
Maka islam datang dengan syahadat yang bermaksud untuk bersaksi tidak ada tandingan selain Allah.
2. Menegakkan Sholat
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang paling utama setelah syahadat. Di dalam Shalat berbagai macam ibadah terkumpul seperti, dzikrullah, bacaan al qur’an, berdiri, rukuk, sujud di hadapan Allah, berdo’a padaNya, tasbih, takbir dan lainnya. Shalat merupakan induk ibadah badaniyah. Tatkala Allah hendak menurunkan syariat shalat Dia memi’rajkan RasulNya ke langit [HR Bukhari (349), Muslim (162)], hal ini berbeda dengan syariat-syariat yang lain.
Secara bahasa shalat artinya “do’a”. Sebagaimana firman Allah ta’ala,

“.. … dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.(Q.S. At-Taubah : 103)

Secara istilah artinya, “Perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam”. Hukum shalat adalah wajib berdasar al Qur’an dan As Sunnah serta ijma’ kaum muslimin.
3. Puasa di Bulan Ramadhan
beribadah kepada Allah swt. dengan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari pada bulan ramadhan, bulan diantara Sya’ban dan Syawal.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(Al-Baqarah : 183)

4. Membayar Zakat
harta yang diwajibkan (diambil) dari harta-harta zakat, dan ditunaikan, yaitu diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. Dan Islam tidak akan sempurna kecuali dengan menunaikan zakat bagi yang mampu. Sebagai contoh zakat, di akhir bulan ramadhan setiap muslim yang merasa dirinya mampu akan membayar zakatnya kepanitia zakat dan dibagikan kepada muslim yang golongan kurang mampu.
5. Menunaikan ibadah haji bagi yang sanggup/ mampu
Hukum dari haji adalah wajib dengan kesepakatan kaum muslimin dan termasuk salah satu rukun ‎islam, dan yang wajib adalah sekali sepanjang umur bagi orang yang mampu, serta fardhu kifayah bagi ‎kaum muslimin tiap tahunnya. Diantara dalil nash dari Al Qur’an adalah firman Allah ta’ala,‎
 
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup ‎mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS Al Imran: 97)‎
Adapun dalil dari As Sunnah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, Islam dibangun atas ‎lima perkara: Syahadat bawasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan Muhammad ‎adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa di bulan Ramadhan [‎HR Bukhari (8), Muslim (16) dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma‎].‎
Rukun Iman Ada 6 yaitu:
 Rukun Iman
Aqidah Islamiah dibangun di atas rukun iman yang enam, yaitu: Iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhirat, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Keenam rukun ini telah disebutkan secara jelas dalam Al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Adapun, iman kepada takdir maka disebutkan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al-Qamar: 49)
Sementara dari As-Sunnah adalah hadits Umar bin Al-Khaththab yang masyhur tentang kisah datangnya Jibril alaihissalam untuk bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang iman. Maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim no. 9)
Berikut penjelasan ringkas mengenai keenam rukun iman ini:
1.    Iman kepada Allah.
Tidaklah seseorang dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 perkara:
a. Mengimani adanya Allah Ta’ala.
b. Mengimani Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
c. Mengimani Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
d. Mengimani semua nama dan sifat Allah yang Allah telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam tetapkan untuk Allah, serta menjauhi ta’thil, tahrif, takyif, dan tamtsil.
2.    Iman kepada para malaikat Allah.
Maksudnya kita wajib membenarkan bahwa para malaikat itu ada wujudnya dimana Allah Ta’ala menciptakan mereka dari cahaya. Mereka adalah makhluk dan hamba Allah yang selalu patuh dan beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya`: 19-20)
Kita wajib mengimani secara rinci setiap malaikat yang kita ketahui namanya seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun yang kita tidak ketahui namanya maka kita mengimani mereka secara global. Di antara bentuk beriman kepada mereka adalah mengimani setiap tugas dan amalan mereka yang tersebut dalam Al-Qur`an dan hadits yang shahih, seperti mengantar wahyu, menurunkan hujan, mencabut nyawa, dan seterusnya.
3.    Iman kepada kitab-kitab Allah.
Yaitu kita mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah kalam-Nya, dan kalamullah bukanlah makhluk karena kalam merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk.
Kita juga wajib mengimani secara terperinci semua kitab yang namanya disebutkan dalam Al-Qur`an seperti taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimani secara global bahwa Allah Ta’ala mempunyai kitab lain selain daripada yang diterangkan kepada kita. Secara khusus tentang Al-Qur`an, kita wajib mengimani bahwa dia merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya.
4.    Iman kepada para nabi dan rasul Allah.
Yaitu mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata.
Wajib mengimani bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Karenanya siapa saja yang mendustakan kenabian salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah mendustakan seluruh nabi lainnya. Karenanya Allah Ta’ala mengkafirkan Yahudi dan Nashrani tatkala tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan Isa alaihimassalam, karena mereka tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Juga wajib mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita wajib mengimaninya secara global. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78)
5.    Iman kepada hari akhir.
Dikatakan hari akhir karena dia adalah hari terakhir bagi dunia ini, tidak ada lagi hari keesokan harinya. Hari akhir adalah hari dimana Allah Ta’ala mewafatkan seluruh makhluk yang masih hidup ketika itu -kecuali yang Allah perkecualikan-, lalu mereka semua dibangkitkan untuk mempertanggung jawabkan amalan mereka. Allah Ta’ala berfirman:
“Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya, janji dari Kami, sesungguhnya Kami pasti akan melakukannya.” (QS. Al-Anbiya`: 104)
Ini makna hari akhir secara khusus, walaupun sebenarnya beriman kepada akhir itu mencakup 3 perkara, dimana siapa saja yang mengingkari salah satunya maka hakikatnya dia tidak beriman kepada hari akhir. Ketiga perkara itu adalah:
a. Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh -yaitu alam di antara dunia dan akhirat- berupa fitnah kubur oleh 2 malaikat, nikmat kubur bagi yang lulus dari fitnah, dan siksa kubur bagi yang tidak selamat darinya.
b. Mengimani tanda-tanda hari kiamat, baik tanda-tanda kecil yang jumlahnya puluhan, maupun tanda-tanda besar yang para ulama sebutkan jumlahnya ada 10. Di antaranya: Munculnya Imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan Ma`jun, dan seterusnya hingga terbitnya matahari dari sebelah barat.
c. Mengimani semua yang terjadi setelah kebangkitan. Dan kejadian ini kalau mau diruntut sebagai berikut: Kebangkitan lalu berdiri di padang mahsyar, lalu telaga, lalu hisab (tanya jawab dan pembagian kitab), mizan (penimbangan amalan), sirath, neraka, qintharah (titian kedua setelah shirath), dan terakhir surga.
6.    Beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Maksudnya kita wajib mengimani bahwa semua yang Allah takdirkan, apakah kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Beriman kepada takdir Allah tidak teranggap sempurna hingga mengimani 4 perkara:
a. Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengimani segala sesuatu kejadian, yang baik maupun yang buruk. Bahwa Allah mengetahui semua kejadian yang telah berlalu, yang sedang terjadi, yang belum terjadi, dan semua kejadian yang tidak jadi terjadi seandainya terjadi maka Allah tahu bagaimana terjadinya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12)
b. Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan semua takdir makhluk di lauh al-mahfuzh, 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah telah menuliskan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 4797)
c. Mengimani bahwa tidak ada satupun gerakan dan diamnya makhluk di langit, di bumi, dan di seluruh alam semesta kecuali semua baru terjadi setelah Allah menghendaki. Tidaklah makhluk bergerak kecuali dengan kehendak dan izin-Nya, sebagaimana tidaklah mereka diam dan tidak bergerak kecuali setelah ada kehendak dan izin dari-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)
d. Mengimani bahwa seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat mereka beserta seluruh sifat dan perbuatan mereka adalah makhluk ciptaan Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Allah menciptakan segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)
Ihsan
Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah-olah engkau melihat Allah. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihat engkau. Cara ini akan membawa ibadah kita ke maqam (tingkat) yg lbh dekat kpd Allah dgn perasaan penuh harap, takut, khusyu’, ridlo & ikhlas kpd Allah. Perasaan tersebut menjadikan ibadah yg kita lakukan tdk hanya sekadar menjadi kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan jiwa dalam penghambaan diri kpd Allah.
Jika cara tersebut belum bisa kita lakukan, maka ibadah kita lakukan dgn keyakinkan bahwa Allah pasti melihat & mengetahui semua yg kita lakukan. Dengan demikian, tentu kita akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah & meninggalkan larangan Allah.
Hubungan antara iman islam & ihsan
Islam, Iman & Ihsan adl satu kesatuan yg tdk bisa dipisahkan satu dgn lainnya. Iman adl keyakinan yg menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dgn cara ihsan, sbg upaya pendekatan diri kpd Allah.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sbg hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan utk mempelajari ihsan sbg tata cara beribadah adl bagian dari ilmu Tasawuf.(Ahmad Muqoddam : 2015)
Akhlak Pribadi Pelajar Muslim
Akhlak yang mulia merupakan refleksi islam,iman dan ihsan, ketiganya tidak akan menampakkan buahnya tanpa akhlak. Nabi Muhammad SAW mengabarkan bahwa tujuan terbesar di utusnya adalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia, beliau bersabda: “Sesungguhnya saya di bangkitkan untuk menyempurnakan akhla-akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Setiap kali seorang pelajar muslim mempunyai budi pekerti Islami dalam tingkah lakunya, semakin dekatlah ia kepada kesempurnaan yang dicita-citakan yang dapat mendorong untuk semakin bernilai dan semakin dekat kepada Allah SWT.
Sebaliknya bila ia semakin jauh dari budi pekerti dan etika Islami, maka pada hakekatnya ia semakin jauh dari ruh dan system dasar Islam, sehingga ia menjadi manusia robot yang tiada memiliki ruh dan perasaan.
Karakter pelajar muslim
1. Berlaku Benar
Sifat benar adalah akhlak Islami yang di perintahkan Allah SWT kepada saeorang Muslim, Allah berfirman : “Hai-orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah 119)
Nabi Muhammad SAW bersabda: Hendaklah kamu berkata benar, karena sifat benar akan membawa kepada kebaikan, sesungguhnya kebaikan itu akan membimbing masuk surge, seseorang yang selalu berkata benar, dan bersungguh-sungguh untuk selalu benar, sampai ia dituliskan di sisi Allah sebagai shidiq (hamba yang sangat benar).” (HR. Muslim)
2. Jujur Menunaikan Amanah
Menunaikan amanah kepada ahlinya adalah akhlak Islami yang diperintahkan Allah kepada setiap muslim, sesuai dengan firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu mengembalikan semua amanah kepada yang berhak menerimanya.”(An-Nisa’ 58)
3. Menepati Janji
Di antara akhlak Islam yang agung adalah menepati janji,  Allah berfirman yang artinya: “Dan tepatilah janji, karena janji itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (Al-Isra’ 34) Menyalahi janji adalah salah satu sifat orang munafik .
4. Tawadhu’ (Merendahkan Hati)
Diantara akhlak Islami yang mesti di perhatikan oleh seorang pelajar Muslim adalah sifat tawadhu’ kepada sesama muslim baik orang kaya maupun miskin. Allah berfirman yang artinya: “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Al-Hijr 88) Dan Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mewayuhkan kepadaku; agar kamu merendahkan diri, sampai tidak ada seorangpun yang berlaku sombong dan angkuh terhadap yang lain”. (HR. Muslim)
6. Berbakti Kepada Orang Tua
Berbakti kepada ibu bapak adalah termasuk akhlak yang mulia, karena kedunya memiliki hak yang sangat besar kepada anak-anaknya, setelah hak Allah SWT, Allah berfirman yang artinya: “Dan beribadalah kepada Allah, janganlah menyekutukan-Nya  dengan sesuatu dan berbuat baiklah kepada ibu bapak.” (Al-Anam 151)
Alloh Swt memerintahkan taat kepada keduanya,menyayangi dan merendahkan diri serta mendo’akan keduanya, Ia berfirman yang artinya: ”Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dangen penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.(Al Isra’ : 24)
Seorang lelaki pernah datang kepada Nabi Saw dan bertanya: “Wahai Rasululloh, siapakah manusia yang paling berhak saya temani dengan baik?”. Nabi menjawab: “Ibumu”. Ia berkata: “Lalu siapa lagi?”. Nabi  menjawab “ Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi:” kemudian siapa?”. Nabi menjawab :” Ibumu”. Ia bertanya lagi: “kemudian siapa?”. Nabi menjawab:” Kemudian Ayahmu”.
Berbakti dan berbuat baik kepada ibu bapak adalah fardhu ‘ain menurut kesepakatan kaum muslimin, bukan sekedar pelengkap yang bersifat anjuran semata.
7. Menyambung Silaturrahmi
Diantara akhlak islam yang diwajibkan adalah menghubungkan silaturrahmi, sebab memutuskannya dapat menyebabkan pelakunya dilaknat dan terhalang masuk surga. Yang di maksud dengan keluarga (Arham) disini adalah karib kerabat seperti: Paman, bibi, (Saudara permpuan ayah atau ibu) dan lain- lain. Alloh berfirman yang artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang- orang yang di la’nati Alloh dan di tulikan- Nya telinga mereka dan di butakan-Nya penglihatan mereka”. (Muhammad: 22-23)
Rasululloh Saw bersabda: “ Tiada akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan”. (Muttafaq ‘alayhi)
8. Berlaku baik kepeda tetangga
Diantara akhlak islami juga berlaku baik kepada tetangga. Tetangga adalah orang yang tinggal  di samping rumahmu. Yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan penghargaan adalah yang paling dekat kepadamu. Alloh berfirman yang artinya: “dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh”.(An Nisa’: 36)
Nabi Saw bersabda: “Jibril selalu memesankan tetangga kepadaku sehingga saya menduga bahwa tetangga akan di jadikannya ahli waris”. ( Muttafaq ‘alayhi)
Dan Nabi pernah berkata kpada Abu Zarr ra: “Wahai Abu Zarr,bila engkau memasak maraq (gulai) maka banyakkan kuahnya, dan tolong perhatikan tetangga-tetanggamu”.(HR.Muslim)
Seorang tetangga tetap punya hak ketetanggaannya sekalipun dia orang kafir.
9. Memuliakan Tamu
Memuliakan tamu adalah akhlak yang di anjurkan Islam berdasarkan sabda Rasululloh Saw: “Siapa yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhirat hendaklah memulikan tamunya”.(Muttafaq ‘alayhi)
10. Pemurah dan Dermawan
Salah satu akhlak islam adalah pemurah dan dermawan. Alloh telah memuji orang yang suka berinfaq lagi pemurah dan dermawan dalam firman- Nya: “ Orang-orang yang menginfaqkan harta mereka di jalan Alloh,kemudian mereka tidak mengiringi apa yang di nafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (persaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekn tidak puhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( Al Baqarah: 262).
Nabi bersabda: “ Barang siapa yang memiliki kelebihan kendaraan, hendaklah ia berikan kepada yang tidak punya kendaraan, dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal hendaklah ia berikan kepada yang tidak memiliki bekal”. (HR. Muslim)
11. Penyantun dan sabarnya
Diantara akhlak islami adalah sifat penyantun, penyabar, pema’af dan merelakan kesalahan orang lain serta mau menerima permohonan maaf orang yang menagkui kesalahannya. Alloh Swt berfirman yang artinya: “ Tetapi oaring yang bersabar  dan memafkan sesungguhnya perbuatan yang demikian itu termasuk hal-hal yang di utamakan”.(Asy Syuraa: 43)
Dan firmannya pula: “Dan hedaklah mereka memaafkan dan berlapang  dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Alloh tidak mengampunimu?” (An Nur:22)
Nabi Saw pernah bersabda: “Sedekah tiada akan mengurangi harta, Alloh tiada akan menambah seorang hamba pemaaf kecuali kemuliaan, Tiada seorangpun yang merendahkan diri karena  Alloh, melainkan tinggi derajatnya”. (HR.Muslim)
Dan beliau bersabda pula: “Kasihilah niscaya kamu di kasihi, dan ampunilah niscaya kamu diampuni”. (HR. Ahmad)
12. Mendamaikan Manusia
Mendamaikan pertikaian adalah akhlak islami yangsangat agung yang dapat menebarkan cinta, kedamaian dan semangat salingmembantu antara sesama manusia. Alloh berdirman yang artinya: “ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan pada kebanyakan bisikan –bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)memberi sedekah,atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh, maka kelak kami member kepadanya pahala yang besar”. (An Nisa’:144)
13. Sifat Malu
Sifat malu adalah akhlak Islami yang mengajak mencapai kesempurnaan dan keutamaan serta menghalangi dari sifat-sifat rendah dan kekejian. Malau yang di maksudkan adalah malu kepada Allah bila seorang muslim dilihatnya dalam maksiat. Demikian juga malu kepada manusia dan kepada diri sendiri , yang merupakan ekspresi iman yang dalam hati. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sifat malu tidak mendatangkan selain kebaikan.” (Muttafaqun ‘alaihi)
14. Kasih Sayang
Diantara akhlak Islam adalah kasih sayang, yang sekarang ini sudah lenyap dari jiwa banyak manusia sehingga hati mereka menjadi keras bagaikan batu. Orang mukmin harus bersifat penyayang, merasa iba, perasaan halus dan mudah tersentuh, Allah berfirman yang artinya: “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk kasih sayang. Mereka adalah golongan kanan.” (Al-Balad 17-18) Nabi SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh, bila salah satu anggotanya sakit anggota yang lain akan ikut meresakan tidak tidur dan sakitnya.” (HR. Muslim)
15. Berlaku Adil
Diantara pokok akhlak Islam dalah keadilan yang dapat menebarkan ketentraman jiwa, menyebabkan langgengnya keamanan dalam masyarakat, serta terhapusnya segala macam bentuk kejahatan. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu berlaku adil. Berbuat baik dan memberi kepada karib kerabat.”  (An-Nahl 90)
16. Menjaga Kesucian Diri
Menjaga kesucian diri adalah akhlak Islami yang dapat mengawal kehormatan dari pencampuran keturunan, Allah berfirman: “Hendaklah orang-orang yang belum sanggup menikah menjaga kesucian dirinya sampai Allah mengaruniakannya kecukupan.”(An-Nur 33)
Nabi SAW bersabda: “Jaminlah olehmu enam perkara, niscaya aku menjamin surge bagimu; Apabila seseorang dari kalian berbicara jangan bohong, apabila dipercaya jangan khianat, apabila berjanji jangan mungkir, tundukkanlah pandangan mu, tahanlah tanganmu (dari berbuat dosa) dan peliharalah kemaluanmu.” (HR. Thabrani)
Inilah akhlak-akhlak Islami, tak satupun yang tidak dapat diterima, bahkan ia merupakan budi pekerti yang mulia yang sesuai dengan fitrah yang sehat. ( choirul hisyam : 2010 )


0 komentar:

Posting Komentar