KEPEMIMPINAN
Oleh: Laila Alfi
Husna
·
Tujuan
Siswa
dapat memahami makna pemimpin dan kepemimpinan serta mengetahui sifat, karakter
dan akhlak seorang pemimpin dengan mempelajari figure seorang tokoh pemimpin serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
·
Point of View SMP
a.
Siapa pemimpin dan apa itu kepemimpinan
b.
Konsep kepemimpinan
c.
Akhlak
seorang pemimpin
d.
Fungsi pemimpin
e.
Profil pemimpin
·
Point of View
SMA
a. Siapa pemimpin dan apa itu kepemimpinan
b. Konsep
kepemimpinan
c. Akhlak seorang pemimpin
d.
Kriteria pemimpin menurut Al-qur’an
e.
Fungsi pemimpin
f.
Refleksi
kepemimpinan Muhammadiyah
·
Indikator
i.
Siswa dapat memahami siapa itu pemimpin dan apa
itu kepemimpinan
ii.
Siswa dapat menjelaskan akhlak dan karakter pemimpin
· Metode Peyampaian
Ceramah,
permainan, dan diskusi.
· Alokasi waktu
Waktu
ideal yang disediakan adalah satu setengah jam atau 90 menit
A.
Pendahuluan
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi. (QS Al Baqarah: 30).
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.”(H.R. Muslim)
Dari firman Allah Swt
dan hadist Rasulullah tersebut diketahui bahwa setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap
seluruh metafisik dirinya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas segala
kepemimpinannya. Dalam keberlangsungan hidup bersosial manusia harus memiliki
jiwa seorang pemimpin untuk menjalani semua problematika yang akan ia hadapi
dalam kehidupannya.
B.
Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata
dasar yang sama “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang
berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/ peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang
dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum
tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya
berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki
seseorang, oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan
“pemimpin”.
Kepemimpinan atau
leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar
bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang
peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan,
kepemimpinan adalah inti dari managemen. Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan
pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’,
sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah
mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
C.
Ciri-ciri pemimpin
1.
Mencintai kebenaran, jadi bukanlah
kepentingan diri atau sekelompok orang yang dibela, namun adalah kebenaran yang
benar-benar sesuai dengan yang seharusnya. Maka sebelumnya seorang pemimpin
harus memiliki banyak pengetahuan tentang kebenaran, lalu baru bisa menerapkan
kebenaran itu dalam menggerakkan roda organisasinya;
2.
Dapat dipercaya, bersedia dan mampu
mempercayai orang lain. Maka pemimpin itu bukanlah orang yang bekerja sendiri,
namun dialah yang mengatur segala aktivitas. Namun perlu ditekankan, bahwa
seorang pemimpin harus bisa memegang teguh amanah yang pinggulkannya, dan orang
yang dipimpinnya pun harus juga dapat dipercaya. Tentu tidak mungkin sempurna
pelaksanaannya, namun tetap perlu adanya penugasan-penugasan khusus sebagai
bentuk aksi nyata. Dengan begitu akan muncul kerjasama yang apik, tidak banyak
praduga buruk, dan hasilnya pun bisa maksimal;
3.
Memiliki kemampuan dalam bidangnya dan
berpandangan luas didasari intelegensi (kepintaran) yang memadai. Hal ini sangat
pokok, karena pemimpin ada untuk diikuti, maka jika yang diikuti saja tidak
tahu bagaimana dan kemana organisasi itu dibawa, bagaimana yang mau mengikuti.
Nah, pemimpin itu harus menguasai apa ranah gerak organisasinya, kemudian
mengkoordinasi agar gerakan yang dilakukan tetap dalam koridor yang dibuat;
4.
Suka bergaul, ramah tamah, suka menolong,
memberi petunjuk dan terbuka terhadap kritikan. Hal ini menjadi
penting, mengingat organisasi adalah sekumpulan orang yang berinteraksi, maka
perlu adanya kedekatan emosi antar orang yang ada di dalamnya. Memang secara
struktural sudah ada hubungannya, namun hanya akan kaku dan kejam, maka dengan
hubungan emosionallah akan cair dan menyenangkan jalannya organisasi itu. Hal
ini biasanya sangat dibutuhkan komunikasi yang baik dan kesalingpengertian;
5.
Memiliki semangat untuk maju, semangat
pengabdian, kreatif dan penuh inisiatif. Semangat adalah kehidupan
itu sendiri. Hilangnya adalah kemandegan gerak, maka semakin banyak gerakan
atau inisiatif yang berbuah aktivitas yang kreatif dan hasil yang benar-benar
inovatif.
6.
Bertanggungjawab dan konsekuen dalam
mengambil keputusan, disiplin serta bijaksana dalam melaksanakannya. Bertanggung jawab
adalah berani menanggung segala akibat yang ditimbulkan dari aktivitas apapun
yang dilakukan. Akibat itu sendiri tidaklah berhenti pada suatu efek, namun
selalu berkelanjutan, maka tanggung jawab selalu berkelanjutan dan tidak akan
berhenti kapan pun. Jadi posisinya dimanapun dan kapanpun, tanpa pandang bulu
untuk terus berada dalam kebenaran.
D.
Bekal Seorang Pemimpin Masa Depan
Menjadi seorang pemimipin itu tidak
mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-asalan memang tidak dituntut
syarat tertentu/ minimal. Seorang pemimpin semestinya memiliki bekal-bekal
minimal sebagai berikut:
a.
Memiliki Kharisma
Menjadi
pemimpin itu tidak mudah. Tidak
semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap secara intelektual dan moral.
Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan banyak orang/ bawahan. Perilakunya
harus menjadi teladan/ patut diteladani.Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya. Singkatnya: seorang
pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang punya karisma
antara lain: Perilakunya terpuji; Jujur dan dapat dipercaya; Memegang komitmen;
Konsisten dengan ucapan; dan Memiliki moral agama yang cukup.
b. Memiliki Keberanian
Tidak
lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian
berbicara, mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela
kebenaran. Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani
membela yang benar, memegang tegug pada pendirian yang benar, tidak takut
gagal, berani ambil resiko, dan berani bertanggungjawab.
c. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain
Salah
satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya
mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan
kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Adapun cara-cara
untuk mempengaruhi orang lain antara lain: Membuat orang lain merasa penting;
Membantu kesulitan orang lain; Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang
positif; Tidak merendahkan orang lain; dan Memiliki kelebihan atau keahlian.
d. Mampu Membuat Strategi
Seorang
pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya
perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi
yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau pimpinan organisasi. Adapun
kriteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi: Menguasai medan;
Memiliki wawasan luas; Berpikir cerdas; Kreatif dan inovatif; Mampu melihat
masalah secara komprehensif; Mampu menyusun skala prioritas; dan Mampu
memprediksi masa depan.
e.
Memiliki Moral yang Tinggi
Banyak orang berpendapat bahwa
moralitas merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi
seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang
panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tanda-tanda seorang
pemimpin yang bermoral tinggi: Tidak menyakiti orang lain; Menghargai siapa
saja; Bersikap santun; Tidak suka konflik; Tidak gegabah; Tidak mau memiliki
yang bukan haknya; Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan; dan
Perilakunya mampu dijadikan contoh.
f.
Mampu menjadi Mediator
Seorang
pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir oOlehektif. Dua hal
tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat
seorang mediator meliputi beberapa kriteria: Berpikir positif; Setiap ada
masalah selalu berada di tengah; Memiliki kemampuan melobi; Mampu mendudukkan
masalah secara proporsional; dan Mampu membedakan kepentingan pribadi dan
kepentingan umum.
g. Mampu menjadi Motivator
Hubungan
seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin adalah sekaligus
seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral
dan titik awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan
menyadari fungsinya sebagai motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari
fungsinya sebagai motivator: Memiliki kepedulian kepada orang lain; Mampu
menjadi pendengar yang baik; Mengajak kepada kebaikan; Mampu meyakinkan orang
lain; dan Berusaha mengerti keinginan orang lain.
h.
Memiliki Rasa Humor
Akan lebih mudah seorang pemimpin
melaksanakan tugas kepemimpinannya - jika didukang sifat humoris pimpinan -
memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji.
Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai berikut:
Murah senyum; Mampu memecahkan kebekuan suasana; Mampu menciptakan kalimat yang
menyegarkan; Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu; dan Mampu menempatkan humor
pada situasi yang tepat.
E.
Konsep Kepemimpinan
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh dan pelopor pendidikan di
Indonesia, yang mendirikan Perguruan Taman Siswa di tahun 1922. Di dalam
mengelola perguruan tersebut, Ki Hajar memiliki moto dalam bahasa jawa yang
berbunyi: Ing ngarso sung tulodho,
ing madaya mangun karsa, tut wuri handayani. Moto tersebut
terjemahan langsungnya adalah “di
depan memberikan teladan, di tengah menggerakkan, di belakang memberikan
dorongan”. Moto tersebut pada mulanya ditujukan untuk menjadi pedoman
untuk membangun kultur positif antara guru dan murid, namun dalam
perkembangannya konsep tersebut digunakan menjadi konsep kepemimpinan, yang
khas dan asli Indonesia.
Konsep kepemimpinan khas Indosesia ala Ki Hajar tidak
membedakan orang dari tingkatannya, tetapi dari peranannya. Peran itupun tidak
selalu sama, bisa peran saat di depan, peran pada saat di tengah, dan peran
pada saat di belakang. Dengan kata lain, pada suatu saat seorang pemimpin harus
berperan di depan, pada saat lain di tengah, dan saat yang lain lagi bisa
berperan di belakang.
1.
Saat Pemimpin di Depan atau “Ing Ngarso Sun Tulodho”
Seorang pemimpin adalah panutan. Sebagai panutan,
orang lain yang ada disekitarnya akan mengikuti. Seorang pemimpin harus mampu
memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus
dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.
Disini bisa dilhat betapa besarnya tanggungjawab moral
seorang pemimpin, karena tindak-tanduknya, tingkah lakunya, cara berfikirnya,
bahkan kebiasaannya akan cenderung diikuti orang lain. Untuk itulah maka saat
berada di depan, pemimpin harus memberikan teladan, memberikan contoh. Disini
tidak tercermin adanya atasan-bawahan, tetapi jelas menunjukkan siapa yang
memimpin dan siapa yang dipimpin.
Ini disebutkan oleh Ki Hajar dengan
terminologi “ing ngarso sung tulodho”, saat di depan seorang pemimpin
harus memberi teladan. Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri , jika tidak
mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya. Artinya seorang yang berada di
depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar 'pemimpin'
.
2.
Saat Pemimpin di Tengah atau “Ing Madyo Mbangun Karso”
Seorang pemimpin yang berada di tengah-tengah orang-orang
yang dipimpinnya, harus mampu menggerakkan, memotivasi, dan mengatur sumberdaya
yang ada (empowering). Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri (intrinsic motivation), sehingga ada
ataupun tidak adanya stimuli tetap saja akan termotivasi. Hanya saja, kadar
motivasi dari diri sendiri sering tidak stabil kehadirannya. Untuk itulah maka
motivasi dari luar dirinya (extrinsic motivation) tetap sangat
diperlukan. Disinilah seorang pemimpin dapat mengambil peran. Kehadirannya
membuat orang tergerak untuk bertindak. Itulah pemimpin sejati.
Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan , kekompakan
, dan kerjasama . Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang
dipimpinnya , melainkan ia juga harus berada di tengah - tengah orang yang
dipimpinnya . Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan
tak berbuat apa - apa sedangkan orang yang dipimpinnya menderita.
Selain itu pemimpin harus kreatif dalam memimpin , sehingga
orang yang dipimpinnya mempunyai wawasan baru dalam bertindak . Ditambahlagi
seorang pemimpin harus melindungi segenap orang yang dipimpinnya.
3. Saat Pemimpin di Belakang atau “Tut Wuri Handayani”
Siapa bilang seorang
pemimpin tidak boleh berada di barisan belakang? Pemimpin sejati diperlukan
kehadirannya dibarisan belakang. Dari belakang seorang pemimpin dapat
memberikan dorongan untuk terus maju. Pemimpin yang berada di barisan belakang
harus pandai-pandai mengikuti barisan di depannya, agar konsisten gerakan dan
arahnya , agar terjadi apa yang disebut goal cogruency, suatu keadaan di
mana tujuan individu yang berada dalam suatu organisasi konsisten dengan tujuan
organisasi. Tanpa goal congruency arah gerakan organisasi menjadi berat
karena banyaknya arah yang tidak sama dan mungkin justru saling berlawanan.
Ajaran kepemimpinan yang ketiga ini
merupakan semboyan dari dunia Pendidikan , yang tentunya mempunyai makna yang
mendalam . Jika diartikan secara keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk
menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain . Dan
diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu
orang lain untuk memimpin.
Adapun dorongan tersebut dapat berupa moral dan semangat
kepada orang lain . Maka dari itu pendidikan mengambil semboyan ini ,
agar pendidikan menjadi sebuah perantara membentuk generasi mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain . Maka dimasa yang akan datang dengan pendidikan
yang dimilikinya orang tersebut tidak akan mudah untuk diperalat.
Seorang pemimpinan adalah motor penggerak yang
senantiasa mempengaruhi, mendorong dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin seharusnya dapat memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik, sehingga mampu membawa para bawahan untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
senantiasa mempengaruhi, mendorong dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin seharusnya dapat memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik, sehingga mampu membawa para bawahan untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
F.
Akhlak
Seorang Pemimpin
Menurut
Islam sesuai dengan contoh dari Rasulullah SAW, yang harus ada pada pemimpin
adalah sidat-sifat sbb. :
- Siddiq: Benar dalam Niat, Benar dalam
perkataan, Benar dalam berpikir (tidak licik) dan Benar dalam perbuatan.
- Amanah: Terpercaya. Al-Amin. Jujur. Tepat
Janji. Tanggung jawab
- Fathonah: Mempunyai wawasan (knowledge) yang
luas, cerdik, berpikir maju mempunyai skill atau keterampilan yang baik
dalam membaca potensi dan memotivasi
- Tabligh: Mampu berkomunikasi efektif, Lebih
banyak mendengar omongan orang-orang yang dipimpinnya. Mudah dihubungi dan
juga mudah untuk dekat siapapun. Mempunyai perimbangan yang bijak serta
selalu bersahabat kepada setiap orang. Sifat tabligh dalam memimpin juga
menuntut untuk selalu berusaha memahami keinginan orang-orang yang
dipimpinnya serta mengetahui kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya.
G.
Kriteria seorang pemimpin dalam Al Quran
NO
|
KRITERIA
|
AL QUR'AN SURAT
|
1
|
Seorang pemimpin harus
berkemauan sebagai pemimpin, baik dalam segi kelimuan maupun kearifannya
|
-
Al Baqarah: 247
-
Al Anbiya: 74
-
Al Qashas: 14
|
2
|
Seorang pemimpin harus memiliki
sifat amanah (dapat dipercaya)
|
-
Yusuf: 54
-
An Naml: 39
-
Al Qashas: 26
|
3
|
Seorang pemimpin adalah seorang
ahli ibadah
|
-
Al Maidah: 56
|
4
|
Seorang pemimpin diputuskan
dalam musyawarah
|
-
An Naml: 32
-
Ali Imran: 159
-
Asy Syura: 38
|
5
|
Seorang pemimpin adalah seorang
yang memiliki tanggung jawab besar
|
-
Al Isra': 34
-
Ash Shaffat: 24
|
6
|
Seorang pemimpin harus bersifat
dan bersikap adil
|
-
An Nisa': 58
-
Al Maidah: 8
-
Al An'am: 152
-
Shad: 26
-
Asy Syura: 15
-
Al Hadid: 25
|
7
|
Seorang pemimpin harus menjaga
hak-hak asasi manusia
|
-
Al Baqarah: 256
-
Yunus: 99
-
Al Ghasyiyah: 21-22
|
8
|
Seorang pemimpin harus
menghormati orang lain
|
-
Al Isra': 70
-
Al Hujurat: 13
|
9
|
Seorang pemimpin memiliki hak
yang sama dengan orang lain di hadapan hukum dan undang-undang
|
-
Ali Imran: 195
-
An Nisa:1
-
Al Hujurat: 13
|
Seorang pemimpin tidak boleh
memiliki sifat mempersulit
|
-
Al Baqarah: 185 & 280
-
Al Isra': 28
-
Al Kahfi: 88
-
Al Hajj: 78
|
H.
Fungsi pemimpin
1.
Perencana dan konseptor, jadi seorang
pemimpin harus mampu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan
dirinya sendiri
2.
Memiliki pandangan ke depan (visioner) sebagai penopang
organisasinya dengan baik dan akan selalu waspada terhadap segala kemungkinan
yang akan muncul
3.
Pengayom emosional. Jadi ia harus mampu
memberikan pengayoman kepada orang yang dipimpinnya berupa keyakinan, keamanan
(pikiran, perasaan dan jiwa) serta semangat
4.
Suri tauladan, jadi ia memberikan
contoh sebagai tolok ukur kepribadian ideal dalam organisasi, sehingga orang
yang dipimpinnya dapat meneladani bahkan mengembangkannya. Bahkan fungsi inilah
yang paling penting bagi keberhasilan kepemimpinan.
5.
Representatif, maksudnya ia harus
mewakili kelompoknya, atau yang dipimpinnya. Maka ia harus menunjukkan suatu
sikap menyeluruh (komprehensif) dan kritis terhadap apapun, maksudnya entah itu
ketika dalam organisasi itu sendiri maupun luar sebagai representasi.
6.
Pengambil keputusan, yang diharapkan
dengan bijaksana. Perlu ditekankan sama belum tentu adil, jadi seorang pemimpin
yang harus dilakukan adalah terus berusaha sebaik mungkin dalam melangkah
dengan bijaksana supaya adil. Selain itu harus juga menunjukkan ketgasan dan
kecepatan dalam pengambilan keputusannya.
7.
Apresiator, ia suka memberi
penghargaan/hadiah. Dengan penuh perhatian terhadap yang dipimpinnya, ia harus
mampu memberikan sebuah penilaian kritis. Jika baik maka dipuji, dan terhadap
kekurangan harus mengkritik, namun tetap kritik yang membangun dengan berbagai
solusi alternatif yang mudah dan terbaik begi semua pihak. Dia tidak
segan-segan mengucapkan terima kasih bahkan pujian namun tidak segan pula
menyalahkan.
PROFIL
PEMIMPIN NASIONAL DAN MUHAMMADIYAH
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara
yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk
keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang
terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo,
Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad
Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di
Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh,
Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya
tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak
kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru
kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari.
Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman,Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia
menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil,
yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan
pendiri Aisyiyah. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak
yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti
Zaharah. Disamping itu KH.Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga
pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH.Ahmad Dahlan juga
mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu)
Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar
agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang
melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan
anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi
Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan
membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi
yang bersifat permanen. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang
terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan
dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18
November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang
kemasyarakatan dan pendidikan.Melalui organisasi inilah beliau berusaha
memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta
dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman,
bukan secara tradisional. Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan
terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun
melagukan Qur'an semata, melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya.
Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang
diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat
sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami
isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang
mati.
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas
mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas
jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan
tidak merespon ilmu pengetahuan umum. Maka
Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran
pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah
seperti H.I.S. met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama
pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan
membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak
mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim
piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran
pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau
mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari
Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan
dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris,
kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam
dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha,
animisme, dinamisme, dan kejawen.
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau
membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga
merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan
kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum
pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu -
sekarang dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W.
Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana
pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau
pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang. Pembentukan Hizbul Wathan ini
dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga harapan
agama dan bangsa.Sebagai tempat persemaian kader-kader terpercaya, sekaligus
menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan
tuntutan keadaan dan kemajuan zaman.
Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan
ini agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan
langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang
Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran
binatang. Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan
dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau
menyadari bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah
menimbulkan gejolak dan mempunyai resiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban
yang diajarkannya.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang
diajarkannya. Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh
Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf
yang lebih tinggi. Usahanya
ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Banyak
golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan
Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam
perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa
Islam terbesar di Indonesia.
Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini,
beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di
Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak
dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi.
Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren
seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga
konon belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama. Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal
dan melaksanakan ide-ide pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian
para pengamat perkembangan Islam dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun
Barat sangat memfokuskan perhatian pada Muhammadiyah. Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor
di dunia. Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang
diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di
awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai
bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH.Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih;
dari KH.Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH.Raden Dahlan
di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH.Ayyat di bidang
ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran,
serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23
Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian
dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas
jasa-jasa Kiai Haji Ahmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau
gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK
Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.
0 komentar:
Posting Komentar