Pages

Sabtu, 11 Juli 2015

Materi Kepemimpinan

KEPEMIMPINAN
Oleh: Laila Alfi Husna
·         Tujuan
Siswa dapat memahami makna pemimpin dan kepemimpinan serta mengetahui sifat, karakter dan akhlak seorang pemimpin dengan mempelajari figure seorang tokoh pemimpin serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

·         Point of View SMP
a. Siapa pemimpin dan apa itu kepemimpinan
b. Konsep kepemimpinan
c. Akhlak seorang pemimpin
d. Fungsi pemimpin
e. Profil pemimpin

·         Point of View SMA
a. Siapa pemimpin dan apa itu kepemimpinan
b. Konsep kepemimpinan
c. Akhlak seorang pemimpin
d. Kriteria pemimpin menurut Al-qur’an
e. Fungsi pemimpin
f.  Refleksi kepemimpinan Muhammadiyah

·         Indikator
i.     Siswa dapat memahami siapa itu pemimpin dan apa itu kepemimpinan
ii.     Siswa dapat menjelaskan akhlak dan karakter pemimpin
·      Metode Peyampaian
Ceramah, permainan, dan diskusi.
·      Alokasi waktu
Waktu ideal yang disediakan adalah satu setengah jam atau 90 menit






A.     Pendahuluan
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi. (QS Al Baqarah: 30).
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.”(H.R. Muslim)

Dari firman Allah Swt dan hadist Rasulullah tersebut diketahui bahwa setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Dalam keberlangsungan hidup bersosial manusia harus memiliki jiwa seorang pemimpin untuk menjalani semua problematika yang akan ia hadapi dalam kehidupannya.
B.     Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/ peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan “pemimpin”.
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari managemen. Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. 

C.     Ciri-ciri pemimpin
1.       Mencintai kebenaran, jadi bukanlah kepentingan diri atau sekelompok orang yang dibela, namun adalah kebenaran yang benar-benar sesuai dengan yang seharusnya. Maka sebelumnya seorang pemimpin harus memiliki banyak pengetahuan tentang kebenaran, lalu baru bisa menerapkan kebenaran itu dalam menggerakkan roda organisasinya;
2.       Dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain. Maka pemimpin itu bukanlah orang yang bekerja sendiri, namun dialah yang mengatur segala aktivitas. Namun perlu ditekankan, bahwa seorang pemimpin harus bisa memegang teguh amanah yang pinggulkannya, dan orang yang dipimpinnya pun harus juga dapat dipercaya. Tentu tidak mungkin sempurna pelaksanaannya, namun tetap perlu adanya penugasan-penugasan khusus sebagai bentuk aksi nyata. Dengan begitu akan muncul kerjasama yang apik, tidak banyak praduga buruk, dan hasilnya pun bisa maksimal;
3.       Memiliki kemampuan dalam bidangnya dan berpandangan luas didasari intelegensi (kepintaran) yang memadai. Hal ini sangat pokok, karena pemimpin ada untuk diikuti, maka jika yang diikuti saja tidak tahu bagaimana dan kemana organisasi itu dibawa, bagaimana yang mau mengikuti. Nah, pemimpin itu harus menguasai apa ranah gerak organisasinya, kemudian mengkoordinasi agar gerakan yang dilakukan tetap dalam koridor yang dibuat;
4.       Suka bergaul, ramah tamah, suka menolong, memberi petunjuk dan terbuka terhadap kritikan. Hal ini menjadi penting, mengingat organisasi adalah sekumpulan orang yang berinteraksi, maka perlu adanya kedekatan emosi antar orang yang ada di dalamnya. Memang secara struktural sudah ada hubungannya, namun hanya akan kaku dan kejam, maka dengan hubungan emosionallah akan cair dan menyenangkan jalannya organisasi itu. Hal ini biasanya sangat dibutuhkan komunikasi yang baik dan kesalingpengertian;
5.       Memiliki semangat untuk maju, semangat pengabdian, kreatif dan penuh inisiatif. Semangat adalah kehidupan itu sendiri. Hilangnya adalah kemandegan gerak, maka semakin banyak gerakan atau inisiatif yang berbuah aktivitas yang kreatif dan hasil yang benar-benar inovatif.
6.       Bertanggungjawab dan konsekuen dalam mengambil keputusan, disiplin serta bijaksana dalam melaksanakannya. Bertanggung jawab adalah berani menanggung segala akibat yang ditimbulkan dari aktivitas apapun yang dilakukan. Akibat itu sendiri tidaklah berhenti pada suatu efek, namun selalu berkelanjutan, maka tanggung jawab selalu berkelanjutan dan tidak akan berhenti kapan pun. Jadi posisinya dimanapun dan kapanpun, tanpa pandang bulu untuk terus berada dalam kebenaran.

D.     Bekal Seorang Pemimpin Masa Depan
Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-asalan memang tidak dituntut syarat tertentu/ minimal. Seorang pemimpin semestinya memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:
a.       Memiliki Kharisma
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan banyak orang/ bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan/ patut diteladani.Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya. Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang punya karisma antara lain: Perilakunya terpuji; Jujur dan dapat dipercaya; Memegang komitmen; Konsisten dengan ucapan; dan Memiliki moral agama yang cukup.
b.      Memiliki Keberanian
Tidak lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian berbicara, mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar, memegang tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani ambil resiko, dan berani bertanggungjawab.
c.       Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain
Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Adapun cara-cara untuk mempengaruhi orang lain antara lain: Membuat orang lain merasa penting; Membantu kesulitan orang lain; Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif; Tidak merendahkan orang lain; dan Memiliki kelebihan atau keahlian.
d.      Mampu Membuat Strategi
Seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau pimpinan organisasi. Adapun kriteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi: Menguasai medan; Memiliki wawasan luas; Berpikir cerdas; Kreatif dan inovatif; Mampu melihat masalah secara komprehensif; Mampu menyusun skala prioritas; dan Mampu memprediksi masa depan.
e.       Memiliki Moral yang Tinggi
Banyak orang berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tanda-tanda seorang pemimpin yang bermoral tinggi: Tidak menyakiti orang lain; Menghargai siapa saja; Bersikap santun; Tidak suka konflik; Tidak gegabah; Tidak mau memiliki yang bukan haknya; Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan; dan Perilakunya mampu dijadikan contoh.
f.        Mampu menjadi Mediator
Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir oOlehektif. Dua hal tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator meliputi beberapa kriteria: Berpikir positif; Setiap ada masalah selalu berada di tengah; Memiliki kemampuan melobi; Mampu mendudukkan masalah secara proporsional; dan Mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
g.      Mampu menjadi Motivator
Hubungan seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin adalah sekaligus seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral dan titik awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya sebagai motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari fungsinya sebagai motivator: Memiliki kepedulian kepada orang lain; Mampu menjadi pendengar yang baik; Mengajak kepada kebaikan; Mampu meyakinkan orang lain; dan Berusaha mengerti keinginan orang lain.
h.      Memiliki Rasa Humor
Akan lebih mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas kepemimpinannya - jika didukang sifat humoris pimpinan - memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji. Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai berikut: Murah senyum; Mampu memecahkan kebekuan suasana; Mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan; Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu; dan Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat.
E.      Konsep Kepemimpinan
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh dan pelopor pendidikan di Indonesia, yang mendirikan Perguruan Taman Siswa di tahun 1922. Di dalam mengelola perguruan tersebut, Ki Hajar memiliki moto dalam bahasa jawa yang berbunyi: Ing ngarso sung tulodho, ing madaya mangun karsa, tut wuri handayani. Moto tersebut terjemahan langsungnya adalah di depan memberikan teladan, di tengah menggerakkan, di belakang memberikan dorongan. Moto tersebut pada mulanya ditujukan untuk menjadi pedoman untuk membangun kultur positif antara guru dan murid, namun dalam perkembangannya konsep tersebut digunakan menjadi konsep kepemimpinan, yang khas dan asli Indonesia.
Konsep kepemimpinan khas Indosesia ala Ki Hajar tidak membedakan orang dari tingkatannya, tetapi dari peranannya. Peran itupun tidak selalu sama, bisa peran saat di depan, peran pada saat di tengah, dan peran pada saat di belakang. Dengan kata lain, pada suatu saat seorang pemimpin harus berperan di depan, pada saat lain di tengah, dan saat yang lain lagi bisa berperan di belakang.
1. Saat Pemimpin di Depan atau “Ing Ngarso Sun Tulodho”
Seorang pemimpin adalah panutan. Sebagai panutan, orang lain yang ada disekitarnya akan mengikuti. Seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang - orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.
Disini bisa dilhat betapa besarnya tanggungjawab moral seorang pemimpin, karena tindak-tanduknya, tingkah lakunya, cara berfikirnya, bahkan kebiasaannya akan cenderung diikuti orang lain. Untuk itulah maka saat berada di depan, pemimpin harus memberikan teladan, memberikan contoh. Disini tidak tercermin adanya atasan-bawahan, tetapi jelas menunjukkan siapa yang memimpin dan siapa yang dipimpin.
           Ini disebutkan oleh Ki Hajar dengan terminologi “ing ngarso sung tulodho”, saat di depan seorang pemimpin harus memberi teladan. Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri , jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya. Artinya seorang yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar 'pemimpin' .
2. Saat Pemimpin di Tengah atau “Ing Madyo Mbangun Karso”
Seorang pemimpin yang berada di tengah-tengah orang-orang yang dipimpinnya, harus mampu menggerakkan, memotivasi, dan mengatur sumberdaya yang ada (empowering). Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (intrinsic motivation), sehingga ada ataupun tidak adanya stimuli tetap saja akan termotivasi. Hanya saja, kadar motivasi dari diri sendiri sering tidak stabil kehadirannya. Untuk itulah maka motivasi dari luar dirinya (extrinsic motivation) tetap sangat diperlukan. Disinilah seorang pemimpin dapat mengambil peran. Kehadirannya membuat orang tergerak untuk bertindak. Itulah pemimpin sejati.
Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan , kekompakan , dan kerjasama . Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang yang dipimpinnya , melainkan ia juga harus berada di tengah - tengah orang yang dipimpinnya . Maka sangat tidak terpuji bila seorang pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa - apa sedangkan orang yang dipimpinnya menderita.
Selain itu pemimpin harus kreatif dalam memimpin , sehingga orang yang dipimpinnya mempunyai wawasan baru dalam bertindak . Ditambahlagi seorang pemimpin harus melindungi segenap orang yang dipimpinnya.
3. Saat Pemimpin di Belakang atau Tut Wuri Handayani”
 Siapa bilang seorang pemimpin tidak boleh berada di barisan belakang? Pemimpin sejati diperlukan kehadirannya dibarisan belakang. Dari belakang seorang pemimpin dapat memberikan dorongan untuk terus maju. Pemimpin yang berada di barisan belakang harus pandai-pandai mengikuti barisan di depannya, agar konsisten gerakan dan arahnya , agar terjadi apa yang disebut goal cogruency, suatu keadaan di mana tujuan individu yang berada dalam suatu organisasi konsisten dengan tujuan organisasi. Tanpa goal congruency arah gerakan organisasi menjadi berat karena banyaknya arah yang tidak sama dan mungkin justru saling berlawanan.
     Ajaran kepemimpinan yang ketiga ini merupakan semboyan dari dunia Pendidikan , yang tentunya mempunyai makna yang mendalam . Jika diartikan secara keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang Mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain . Dan diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin.
Adapun dorongan tersebut dapat berupa moral dan semangat kepada orang lain . Maka dari itu  pendidikan mengambil semboyan ini , agar pendidikan menjadi sebuah perantara membentuk generasi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain . Maka dimasa yang akan datang dengan pendidikan yang dimilikinya orang tersebut tidak akan mudah untuk diperalat.
Seorang pemimpinan adalah motor penggerak yang
senantiasa mempengaruhi, mendorong dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin seharusnya dapat memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik, sehingga mampu membawa para bawahan untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

F.      Akhlak Seorang Pemimpin
Menurut Islam sesuai dengan contoh dari Rasulullah SAW, yang harus ada pada pemimpin adalah sidat-sifat sbb. :
  1. Siddiq: Benar dalam Niat, Benar dalam perkataan, Benar dalam berpikir (tidak licik) dan Benar dalam perbuatan.
  2. Amanah: Terpercaya. Al-Amin. Jujur. Tepat Janji. Tanggung jawab
  3. Fathonah: Mempunyai wawasan (knowledge) yang luas, cerdik, berpikir maju mempunyai skill atau keterampilan yang baik dalam membaca potensi dan memotivasi
  4. Tabligh: Mampu berkomunikasi efektif, Lebih banyak mendengar omongan orang-orang yang dipimpinnya. Mudah dihubungi dan juga mudah untuk dekat siapapun. Mempunyai perimbangan yang bijak serta selalu bersahabat kepada setiap orang. Sifat tabligh dalam memimpin juga menuntut untuk selalu berusaha memahami keinginan orang-orang yang dipimpinnya serta mengetahui kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya.

G.     Kriteria seorang pemimpin dalam Al Quran
NO
KRITERIA
AL QUR'AN SURAT
1
Seorang pemimpin harus berkemauan sebagai pemimpin, baik dalam segi kelimuan maupun kearifannya
-          Al Baqarah: 247
-          Al Anbiya: 74
-          Al Qashas: 14       
2
Seorang pemimpin harus memiliki sifat amanah (dapat dipercaya)    
-          Yusuf: 54       
-          An Naml: 39
-          Al Qashas: 26     
3
Seorang pemimpin adalah seorang ahli ibadah    
-          Al Maidah: 56
4
Seorang pemimpin diputuskan dalam musyawarah    
-          An Naml: 32
-          Ali Imran: 159
-          Asy Syura: 38       
5
Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki tanggung jawab besar
-          Al Isra': 34
-          Ash Shaffat: 24
6
Seorang pemimpin harus bersifat dan bersikap adil
-          An Nisa': 58
-          Al Maidah: 8
-          Al An'am: 152
-          Shad: 26
-          Asy Syura: 15
-          Al Hadid: 25       
7
Seorang pemimpin harus menjaga hak-hak asasi manusia
-          Al Baqarah: 256
-          Yunus: 99
-          Al Ghasyiyah: 21-22       
8
Seorang pemimpin harus menghormati orang lain
-          Al Isra': 70 
-          Al Hujurat: 13       
9
Seorang pemimpin memiliki hak yang sama dengan orang lain di hadapan hukum dan undang-undang
-          Ali Imran: 195
-          An Nisa:1
-          Al Hujurat: 13

Seorang pemimpin tidak boleh memiliki sifat mempersulit
-          Al Baqarah: 185 & 280
-          Al Isra': 28
-          Al Kahfi: 88
-          Al Hajj: 78    

H.     Fungsi pemimpin
1.       Perencana dan konseptor, jadi seorang pemimpin harus mampu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan dirinya sendiri
2.       Memiliki pandangan ke depan (visioner) sebagai penopang organisasinya dengan baik dan akan selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang akan muncul
3.       Pengayom emosional. Jadi ia harus mampu memberikan pengayoman kepada orang yang dipimpinnya berupa keyakinan, keamanan (pikiran, perasaan dan jiwa) serta semangat
4.       Suri tauladan, jadi ia memberikan contoh sebagai tolok ukur kepribadian ideal dalam organisasi, sehingga orang yang dipimpinnya dapat meneladani bahkan mengembangkannya. Bahkan fungsi inilah yang paling penting bagi keberhasilan kepemimpinan.
5.       Representatif, maksudnya ia harus mewakili kelompoknya, atau yang dipimpinnya. Maka ia harus menunjukkan suatu sikap menyeluruh (komprehensif) dan kritis terhadap apapun, maksudnya entah itu ketika dalam organisasi itu sendiri maupun luar sebagai representasi.
6.       Pengambil keputusan, yang diharapkan dengan bijaksana. Perlu ditekankan sama belum tentu adil, jadi seorang pemimpin yang harus dilakukan adalah terus berusaha sebaik mungkin dalam melangkah dengan bijaksana supaya adil. Selain itu harus juga menunjukkan ketgasan dan kecepatan dalam pengambilan keputusannya.
7.       Apresiator, ia suka memberi penghargaan/hadiah. Dengan penuh perhatian terhadap yang dipimpinnya, ia harus mampu memberikan sebuah penilaian kritis. Jika baik maka dipuji, dan terhadap kekurangan harus mengkritik, namun tetap kritik yang membangun dengan berbagai solusi alternatif yang mudah dan terbaik begi semua pihak. Dia tidak segan-segan mengucapkan terima kasih bahkan pujian namun tidak segan pula menyalahkan.

PROFIL PEMIMPIN NASIONAL DAN MUHAMMADIYAH

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman,Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH.Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH.Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan.Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu - sekarang dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W. Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang. Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa.Sebagai tempat persemaian kader-kader terpercaya, sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan zaman.
Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran binatang. Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak dan mempunyai resiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang diajarkannya.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya. Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.
Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini, beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi. Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama. Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat memfokuskan perhatian pada Muhammadiyah. Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH.Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH.Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH.Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH.Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai Haji Ahmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.


0 komentar:

Posting Komentar